KESEMPATAN EMAS bagi 99 FM Radio Vedac Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Seni dan Budaya (BBPPMPV) Seni dan Budaya diberi ruang untuk bertemu dengan dua sosok yang sangat luar biasa. Sosok muda dengan talenta luar biasa yang sarat prestasi dan selalu bersemangat untuk diajak berbincang. Khusunya dunia perfilman.
Dua sosok tersebut adalah Luhki Herwanayogi dan Iqbal Muhammad Hamdan. Keduanya dari Catchlight Picture Indonesia sebuah lembaga profesional dalam bidang pembuatan produk audio Vidio yang berkualitas untuk berbagai tujuan. Talk Show yang di pandu Akhir Lusono beberapa waktu lalu tersebut disiarkan secara live baik menggunakan frekuensi analog dan juga radio streaming.
Dalam durasi 1 jam dialog mengalir membincang hal yang berkait dengan dunia dan insan film. Khususnya lagi membincang tentang keikutsertaan Catchlight Picture Indonesia dalam ajang bergengsi Festival Film Internasional yakni Locarno Festival yang diikuti berbagai negara di Asia Tenggara dan Mongolia. Dalam event yang diselenggarakan di Negara Swis tersebut dari Indonesia di wakili oleh Catchlight Picture setelah melewati berbagai tahapan.
Bersyukurnya dalam gelaran bertaraf internasional tersebut wakil dari Indonesia ini berhasil menjadi jawara. Sehingga proposal yang dipresentasikan lolos dan berhak mendapatkan fauding atau stimulus untuk memproduksi film.
Catchlight Picture memberngkatkan 2 orang punggawanya yakni Luhki Herwanayogi atau akrab disapa Yogi dan Iqbal Muhammad Hamdan atau Mas Iqbal. Keduanya dengan semangat membara mengikuti ajang bergengsi tersebut.
Ditengah badai pandemi Covid 19 yang mengguncang dunia yang pada akhirnya juga membuat berbeda persyaratan untuk bisa terbang. Karena ada aturan yang menyesuaikan saat pandemi ini seperti harus menunjukkan swab antygen, melakukan karantina setiba di Swis dan persyaratan lain karena adanya Corona ini.
Kegiatan di selenggarakan dipusat kota negara Swis dan dijadwalkan selama satu Minggu diminggu pertama bulan Agustus 2021. Adapun agenda yang dilakukan adalah mengikuti semacam workshop, bincang bisnis dunia perfilman dengan para pebisnis film yang berasal dari berbagai negara, santap malam diakhiri dengan kegiatan presentasi.
Kegiatan yang menurut Yogi dan Iqbal merupakan kegiatan yang sangat berharga dan menambah pengalaman. Walaupun memenangkan sebuah kompetisi bagi Catchlight Picture bukan kali pertama namun sebelumnya juga pernah beberapa kali memenangkan kompetisi yang lain.
Disinggung mengenai sinopsis film yang akan diproduksi berkait dengan proposal film yang lolos di festival film kali ini Yogi yang selama ini dan dalam film yang akan diproduksi kali ini dipasrahi sebagai sutradara mengatakan. “Film yang akan dibuat adalah film yang akan mengangkat lokalitas”.
Alasannya film seperti inilah yang justru disukai oleh publik internasional. Film yang akan diproduksi ini rencananya juga akan di putar dibioskop yang ada di Indonesia. Artinya film ini dibuat dengan pendekatan pasar bioskop juga dengan durasi yang standar kisaran 2 jam. Para pemeran yang akan dilibatkan pun tentu para pemain dari Indonesia dalam hal ini pemain dari Kota Gudeg Yogyakarta.
Karena menurut Yogi dan Iqbal Yogyakarta potensi perfilmannya sudah tidak diragukan lagi. “Iklim dunia filmnya sudah sangat bagus bisa mengimbangi Jakarta”. Masih menurut Yogi yang menjadi Direktur dan Iqbal yang menjadi komisaris di Catchlight Picture Indonesia ini, “film telah terbukti mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional”.
Maka menurutnya dunia film sangat perlu didorong agar semakin maju dan terus berkembang. “Sinergi antara para pelaku seni film dan production house harus semakin diintensifkan agar ada soliditas antara pemerintah dan insan film. Sehingga kedepannya semakin banyak film yang diproduksi baik film yang independen, film yang diproduksi para produser film swasta maupun film film berbasih pemerintahan. Jika sinergi terjadi dunia film akan ramai dan ibarat padi di sawah akan menghijau”.