Siti Nur Rohmah, salah satu guru yang mendampingi dalam kunjungan tersebut menyampaikan, ”Dalam pembelajaran keramik ini, selain mempelajari bagaimana cara membuat keramik, kegiatan ini juga sekaligus melatih kesabaran, ketelitian, dan motorik anak-anak.” Lebih lanjut, Siti mengungkapkan harapan dari kegiatan kunjungan hari ini, “Dengan anak-anak belajar di sini, anak bisa tahu dan memahami bahwa tempat belajar tidak hanya di sekolah. Di manapun kita bisa belajar, dengan siapapun kita bisa belajar. Bahkan, semua orang bisa menjadi guru. Guru bukan hanya guru yang ada di sekolah. Petugas kebersihan pun bisa menjadi guru bagi anak-anak.
Dalam kunjungan eduwisata ini, sebagai tenaga pengajar yang memiliki keahlian di bidang seni dan budaya, para Widyaiswara berperan besar dalam membimbing anak-anak selama kegiatan berlangsung. Di Studio Keramik, mereka tidak hanya mengajarkan teknik dasar membuat keramik, tetapi juga mendorong kreativitas anak-anak dalam membentuk karya mereka sendiri.
“Pada kesempatan ini, kita mengajak anak membuat keramik dengan teknik hand building, yang sesuai dengan level usia mereka. Karena mereka saat ini kelas 2 SD maka meski hand building, ini tingkatnya sudah lebih advance, lebih sulit dari hand building untuk anak jenjang TK,” jelas Rohmat Sulistya, S.T., M.Si., Widyaiswara Konsentrasi Keahlian Keramik terkait praktik pembuatan keramik yang dilakukan oleh anak-anak.
Rohmat melanjutkan, “Mereka diminta untuk membuat figurine dengan bentuk bisa kerbau, kuda nil, dan lainnya. Tujuannya adalah melatih sensor anak terhadap tanah liat, bagaimana mereka berlatih sensorik halus agar mereka dapat merasakan, mengapresiasi, dan melatih kreativitas. Keramik hasil buatan mereka selanjutnya akan kami lakukan finishing supaya bisa menjadi benda hasil karya yang bisa mereka bawa pulang nantinya.
Saka, salah seorang siswa yang mengikuti kunjungan eduwisata memberikan kesannya dalam membuat berbagai macam bentuk keramik, di antaranya televisi, T-Rex, dan lainnya. “Aku bikin T-Rex, aku suka. Bikinnya susah tapi seru,” ungkapnya.
Selesai belajar sambil bermain di Studio Keramik, anak-anak melanjutkan eduwisata di Studio Karawitan. Di Studio Karawitan, anak-anak diperkenalkan dengan alat musik tradisional gamelan. Mereka juga diajak untuk mencoba bermain gamelan bersama-sama. Salah satu siswa lelaki bernama Syamil mengungkapkan ia sangat senang bisa praktik memainkan gamelan karena ini merupakan pengalaman pertamanya. “Awalnya susah, tapi lama-lama aku bisa ngikutin (iramanya). Senang rasanya bisa main gamelan bareng teman-teman seperti ini,” terangnya.
Sementara itu, di Studio Broadcasting, anak-anak mempelajari alat-alat yang digunakan dalam penyiaran dan dibimbing untuk mencoba melakukan rekaman suara. Catur Heru Prawata, Teknisi Studio Broadcasting menceritakan, “Anak-anak sekarang ingin melihat sistem kerja radio, TV, dan film. Di studio ini, anak-anak diajak untuk mencoba rekaman, diperlihatkan cara merekam, materi tentang pembelajaran lewat radio, dan melihat ruang siaran broadcast. Yang penting, mereka sudah mengetahui alat-alatnya dulu, apa saja yang digunakan untuk melakukan rekaman TV, radio, dan film.
Kunjungan eduwisata ini juga merupakan kesempatan bagi para Widyaiswara dan pengajar di BBPPMPV Seni dan Budaya untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat, khususnya dalam mengenalkan seni dan budaya kepada generasi muda. Rohmat menyampaikan, “Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kami kepada sekolah-sekolah agar anak-anak bisa belajar keramik dengan menyenangkan dan dengan biaya yang terjangkau. Di kunjungan seperti ini, sekolah hanya hanya perlu mengganti bahan keramik (tanah liatnya) saja. Setelah karya keramiknya jadi, nanti akan kami berikan ke anak-anak supaya bisa mereka bawa pulang.
Tidak hanya berperan sebagai pendidik di lingkungan pendidikan vokasi, Widyaiswara juga berkontribusi dalam membangun minat dan kecintaan anak-anak terhadap seni sejak usia dini. Dengan melihat secara langsung, melakukan praktik dan terlibat langsung, serta dibimbing oleh Widyaiswara dan para pengajar dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, anak-anak akan lebih mudah belajar dan memahami sehingga mereka mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang bermakna.
Melalui bimbingan para Widyaiswara, anak-anak SD IT Alam Nurul Islam diharapkan dapat memperoleh pengalaman, mengenal dan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni dan budaya, serta dapat meningkatkan kreativitas mereka. Kegiatan ini juga menegaskan pentingnya peran Widyaiswara dalam mendidik dan menginspirasi generasi muda. (Nan).