Gelar Karya di Balaikota Surakarta, Guru Seni Teater Angkat Puisi W.S. Rendra

Tidak salah jika Willibrordus Surendra Broto Narendra atau yang lebih dikenal sebagai W.S. Rendra dinobatkan sebagai salah satu sastrawan terkemuka Indonesia dengan karya-karya yang tak lekang oleh waktu. Pada pertunjukan Gelar Karya Upskilling dan Reskilling Guru Vokasi Seni dan Budaya Keahlian Seni Teater dan Pedalangan yang diselengarakan BBPPMPV Seni dan Budaya di Balaikota Surakarta, Senin (14/10/24) malam, masyarakat kembali menjadi saksi kelihaian W.S. Rendra dalam menulis puisi melalui pementasan teaterial bertajuk “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo.”

Vesca
Dilihat Sebanyak : 112
Bagikan :

Pementasan teaterial yang dibawakan oleh para guru peserta Upskilling dan Reskilling Seni Teater dari berbagai daerah di tanah air,  berkolaborasi dengan Omah Kreatif Arturah tersebut berhasil menyajikan pementasan epik dan memukau penonton yang hadir.

Balada itu menceritakan Atmo Karpo yang merupakan seorang maling. Namun ia bukanlah maling biasa melainkan seorang pemberontak yang menolak ketidakadilan kerajaan yang bergelimang harta, sedangkan rakyatnya menderita. Ia menjadi maling kerajaan yang membagikan hasil rampokannya kepada rakyat mikin yang sengsara. 

Sri Mulyani, salah satu peserta Upskilling dan Reskilling yang membawakan pementasan teaterial menjelaskan, tokoh Atmo Karpo dalam puisi ini dianggap sebagai simbol dari individu yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan tetapi harus membayar dengan nyawanya. “Rendra sebagai penyair dan aktivis menggunakan puisi ini untuk kritik terhadap ketidakadilan dan penindasan yang terjadi pada zamannya,” ungkapnya.

Pada pementasan teaterial itu, 15 orang yang terdiri dari 8 peserta Upskilling dan Reskilling serta 7 orang anggota Omah Kreatif Arturah saling berbagi peran. Omah Kreatif Arturah sendiri merupakan komunitas teater yang berbasis di Solo dan dibentuk pada tahun 2010. Omah Kreatif Arturah dipilih sebagai partner dunia usaha dunia industri (DUDI) yang menjadi lokasi magang peserta Upskilling dan Reskilling bidang seni teater. Berkat keuletan anggota komunitasnya, Omah Kreatif Arturah sukses menghidupkan kembali pertunjukan teater di Solo Raya dengan menggelar event teater tahunan seperti Solo Hatedu dan Solo Monolog.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa dalam pementasan teater ini, guru peserta Upskilling dan Reskilling bersama Omah Kreatif Arturah bersepakat memilih puisi “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” untuk dipentaskan untuk menggugah kesadaran penonton dan mengajak mereka memperjuangkan hak asasi manusia di masa sekarang. Agar pementasan teater lebih menarik dan semarak, berbagai unsur dimasukkan ke dalamnya, seperti penggunaan properti (bambu, blarak - daun kelapa yang sudah kering-, dan tongkat kayu), permainan suara, hingga atraksi api (fire dance). 

Meski tidak ada kendala signifikan yang dihadapi selama persiapan pementasan, dibutuhkan waktu 5 hari untuk berlatih dan bersiap agar pementasan berjalan dengan lancar dan sukses. “Kami peserta dan Tim Arturah semuanya terlibat dari awal, mulai dari perencanaan hingga persiapan pentas. Siapa menjadi apa, itu ditentukan oleh Tim Arturah dengan mempertimbangkan peran yang akan ditampilkan sesuai naskah dan karakter masing-masing individu yang terlibat,” cerita Sri Mulyani terkait proses persiapan pementasan.

Hal yang paling mengesankan dari pertunjukan ini menurut Sri Mulyani yaitu kolaborasi yang dilakukan oleh peserta Upskilling dan Reskilling dengan Omah Kreatif Arturah. “Ada banyak kreativitas yang dituangkan dalam pertunjukan ini, seperti atraksi api, gerak tubuh, di mana gerak tubuh ini semuanya punya arti dan semuanya diajarkan dan dilatihkan kepada kami, baik itu secara teoritis maupun fungsionalnya saat di pertunjukan. Saya sangat terkesan dan banyak belajar dari kolaborasi ini,” pungkas Sri Mulyani.

Hasil kolaborasi dan kerja keras yang dicurahkan seluruh pementas “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo” terbukti tidak mengkhianati. Istikomah, salah satu penonton menyampaikan kesannya setelah menonton pertunjukan, “Sudah bagus, saya lihat semuanya sangat menjiwai, didukung juga dengan kostumnya. Saya paling terkesan dengan atraksi apinya. Sayangnya cuma sebentar, saya berharapnya bisa lebih lama lagi pertunjukannya.” (Dim/Nan)

 


© 2024 - 2025 BBPPMPV Seni dan Budaya.
Developed by PT Kodebiner Teknologi Indonesia.